Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label ekonomi

Kontrol

Sistem yang baik, selalu punya mekanisme kontrol yang baik pula. Sebagai contoh, sistem kehidupan terkecil di tubuh, yaitu sel, harus bisa menentukan dengan tepat soal protein apa yang harus diproduksi, protein apa yang harus di-stop produksinya, dan seberapa banyak jumlahnya. Selain karena kebutuhan normatif sel tersebut, ia juga harus mampu mengadaptasikannya pada berbagai kondisi tubuh secara umum, atau lingkungan biologis disekitarnya secara khusus. Nah, proses adaptasi ini umum terjadi dalam mekanisme umpan balik (feedback). Sel itu, sebutlah ia normalnya memproduksi Insulin dalam jumlah yang konstan. Kalau suatu waktu sel menerima informasi bahwa kadar glukosa darah tiba-tiba meningkat. Ia akan menaikkan produksi Insulin-nya. Itu namanya umpan balik positif. Kalau asupan glukosa ke sel tersebut turun, maka produksi Insulin juga akan di-stop/di-kurangi. Itu namanya umpan balik negatif. Itu adalah tugasnya dari sel beta di pankreas. Nah, hal yang tidak mungkin (dan tidak boleh) dil

Jatuh Bangun Pasar dalam Teori Schumpeter

Seperti biasa, ini adalah tulisan yang aku buat untuk mereproduksi apa yang aku baca setiap harinya, sehingga membantuku untuk menghubungkan nodes-nodes dalam setiap neuron. Sebab ini adalah tulisan "sekali-jalan", maka advice-nya adalah jangan telan isinya mentah-mentah. Walaupun demikian, semoga artikel ini bisa bermanfaat 😎 The Great Depression yang terjadi pada dekade 1930-an adalah contoh breakthrough (terobosan) dalam siklus ekonomi yang jadi poin penting dalam gagasan Joseph Schumpeter. Terobosan dalam analogi ini mungkin bisa dibayangkan seperti gambar di bawah ini. Dimana dalam setiap siklus eksploitasi pasar yang dilakukan kapitalisme, earning akan terus dipompa hingga ke level tertentu yang meningkat dengan kecepatan yang mendekati-eksponensial. Namun, pada suatu waktu akan ada satu-dua entrepreneurs yang menciptakan satu terobosan baru, untuk market yang sama sekali baru, yang kemudian akan selamat dari market crash, yang kemudian memulai

Sosialisme Itu Bagus, Kalau ...

Ludwig von Mises, seorang ekonom asal Austria mengungkapkan bahwa penerapan sistem ekonomi sosialis, yang menempatkan kuasa atas produksi barang dan jasa, serta memiliki kontrol terhadap pasar, adalah penyangkalan terhadap pergerakan ekonomi yang bersifat rasional. Disebutkan bahwa pergerakan ekonomi bisa terjadi karena setiap individu selalu bersifat rasional dalam mengambil keputusan. Rasionalitas adalah tindakan yang didasarkan atas berbagai informasi yang telah diperoleh sebelumnya, yang telah ditimbang dampak-dampak dari keputusan itu sendiri. Sederhananya, ketika orang berkesempatan untuk membeli makan di warteg A atau B. Jika keuangan pribadi sedang pas-pasan, maka yang ia pilih adalah makan di tempat yang menyediakan harga paling murah, dengan pilihan lauk pauk paling beragam. Namun, jika ia ingin makan dengan fancy , mungkin ia akan makan mie goreng telur di kafe instagrammable C. Manusia adalah makhluk rasional. Sehingga para ahli menganggap bahwa ekonomi adalah ilmu yang lah

Catatan Tentang Kemiskinan

Revolusi industri memang membuat ekonomi berjalan maju lebih cepat dari sebelumnya, ditemukannya mesin-mesin dan adanya pembagian kerja dalam proses produksi membuat proses produksi jadi makin efektif dan efisien. Namun, perputaran ekonomi yang dihasilkan industri ternyata tetap tidak mampu untuk menyejahterakan semua orang. Si Miskin tetap ada pada zaman apapun itu. Amartya Sen, dengan konsep kebebasan-nya itu, menyebutkan bahwa kemiskinan adalah keterbatasan yang dimiliki seseorang untuk memutuskan atau memilih kehendaknya sendiri. Tentunya, sebelum beliau dan hingga kini pun, ada banyak ahli ekonomi yang masih berusaha untuk mendefinisikan kemiskinan. Mulai dari definisi yang berbasis konsep, hingga data. Contohnya, menurut tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), kemiskinan adalah suatu kondisi dimana daya beli seseorang < $1,25. Nilai tersebut adalah batas untuk kemiskinan ekstrim, sehingga para ahli juga telah mengkategorisasi jenis-jenis kemiskinan. My Instagram .

Kepercayaan dan Ekonomi

Max Weber mengungkapkan bahwa kepercayaan protestanisme berperan penting dalam memakmurkan ekonomi suatu negara. Aku belum sepenuhnya memahami kenapa demikian, sebab nyatanya ada pula negara yang mayoritas penduduknya Katolik, Budha, Shinto, dan Islam yang mencapai puncak kejayaan pada awal abad ke-20 itu. Disebutkan dalam argumentasi beliau, bahwa core beliefs yang menjadi alasan orang-orang protestanisme menjadi bekerja lebih giat sebab mereka percaya bahwa bekerja dan hidup frugal adalah hal yang meningkatkan kesempatan mereka untuk "dipilih" oleh Tuhan. "Salvation" yang maknanya "terselamatkan dari dosa", berarti menghindari hidup bermewah-mewah namun juga tidak hidup bermalas-malasan. Doktrin seperti ini menjadi alasan kaum protestanism untuk menghindari membeli barang-barang mewah, sehingga mereka lebih banyak menginvestasikan kembali uang ke dalam bisnis, atau malah menyumbangkannya kepada komunitas. Menurutku, argumen Weber tidak sepenu

Kenapa Bisnis harus Membayar Polusi

Pagi ini aku mempelajari soal Pigouvian Tax yang pada intinya adalah bisnis berkewajiban untuk membayar biaya eksternal dari dampak yang mereka lakukan terhadap lingkungan di sekitarnya. Arthur Pigou menyebutkan bahwa industrialis   umumnya tidak memiliki interest terhadap sosial-lingkungan, melainkan hanya kepada keuntungan produk yang ia tawarkan. Industri, selain berada dalam sisi yang bermanfaat bagi pasar sebab menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat. Juga "berdiri" di depan "limbah" yang mereka alirkan lewat saluran di pintu belakang. Tidak ada yang bisa menyangkal manfaat industri, setidaknya hingga Arthur Pigou pada dekade 1950-an mengutarakan sisi lain industri dengan jujur. Tapi, kenapa baru tahun 1950 gagasan ini muncul? Well, mungkin memang pada saat itulah saat yang tepat. Setelah satu dekade lebih revolusi industri berjalan, para pengamat lambat laun menyadari bahwa pertumbuhan industri yang besar-besaran tidak selamanya inda