Langsung ke konten utama

Ngomongin DeFi, santet, vegetarian, dan wayang

Tadi pagi, aku membaca email newsletter yang membicarakan mengenai DeFi (decentralized finance) yang telah dimulai dengan revolusi mata uang oleh sistem cryptocurrency yang dibangun dalam arsitektur blockchain. DeFi dipercaya menyediakan keamanan dan kebebasan yang selama ini diidam-idamkan banyak orang terhadap sistem kehidupan finansial di dunia. Keberadaan Bank Sentral menurut para developer DeFi telah merampas kebebasan masyarakat dalam menggunakan uangnya, sehingga gerakan DeFi ini sering disebut juga sebagai bankless community. Sepertinya pendapatku soal personalized-system di artikel berikut ini adalah benar adanya. Decentralized finance membuat individu semakin mudah untuk memiliki dan mengamankan aset-aset keuangannya. Lebih jauh, jika kamu membaca artikel berikut (Trends #0050 — Non-Fungible Tokens (NFTs)), pasti kamu juga akan sadar bahwa telah ada teknologi (yang juga berbasis blockchain) yang bisa menjaga autentisitas dan nilai dari karya apapun yang kamu hasilkan.

Menjelang siang, aku bermain dalam kompetisi catur selama dua jam dan berakhir di peringkat paling rendah di akhir klasemen. Aku kira pengalamanku cukup bagus, ternyata sama sekali tidak. Aku bisa saja mencari-cari alasan seperti “kurang terbiasa bermain dengan sistem 5/1” namun pada intinya aku masih cupu banget dibandingkan para pemain lainnya, hahaha.

Setelahnya aku kembali melanjutkan membaca buku Madilog karangan Tan Malaka. Beliau menyampaikan bahwa sebelum infiltrasi peradaban Hindu-Buddha dari Asia Selatan, masyarakat Indonesia menganut sedikitnya tiga jenis kepercayaan: yaitu kepercayaan terhadap kodrat (dinamisme), kepercayaan terhadap jiwa (animisme), dan kepercayaan terhadap hantu (daemonisme). Sisa-sisa bentuk kepercayaan tersebut, terbukti masih banyak yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia. Contohnya, keris yang merupakan senjata tradisional suku Jawa. Apabila keris-keris tersebut memiliki umur yang sudah tua dan telah diwariskan secara turun-temurun serta pernah dimiliki oleh seseorang yang kharismatik, maka keris tersebut biasanya akan diyakini memiliki kekuatan mistis tertentu. Sehingga, keberadaan keris tersebut pasti akan sangat dilindungi oleh para pewarisnya, sebagai jimat atau pun pelindung. Santet dan perdukunan, menurut beliau juga termasuk ke dalam contoh kepercayaan dinamisme. Si tukang santet, secara ajaib mampu mengirimkan sesuatu, entah itu bala, sifat, kekuatan, atau lain-lainnya kepada targetnya dengan syarat tertentu. Biasanya syaratnya adalah si pengirim santet ini memiliki bagian tubuh dari targetnya, bisa berupa sehelai rambut atau pun sepotong kuku.

Sementara itu, animisme adalah kepercayaan terhadap jiwa-jiwa. Manusia bukan satu-satunya makhluk yang memiliki jiwa sebab tumbuhan dan hewan juga memiliki jiwa. Jiwa pun bisa saling mempengaruhi. Seseorang yang setiap harinya hanya memakan daging dipercaya memiliki perangai yang lebih buruk daripada seseorang yang setiap harinya hanya memakan tumbuhan. Jiwa hewan yang liar dan bernafsu tinggi diyakini telah mempengaruhi si pemakannya. Di masa kini, kepercayaan semacam itu mungkin bisa menjadi salah satu alasan dibalik gerakan-gerakan vegetarianisme. Pasti ada saja orang yang berpendapat bahwa dengan hanya mengkonsumsi tumbuhan saja, maka kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat dan tenang dalam menjalani kehidupan. Namun tetap saja, banyak sekali pro dan kontra atas gerakan vegetarianisme tersebut contohnya sebagai salah satu aksi penyelamatan bumi atas perubahan iklim.

Kepercayaan animisme lain yang masih tetap eksis hingga saat ini ialah budaya pewayangan. Pewayangan, menurut Tan Malaka yang mengutip dari para ahli dunia Barat, adalah sarana untuk pemujaan arwah nenek moyang dalam rangka meminta nasihat dan semangat yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Kini pewayangan telah bertransformasi, bukan hanya sebagai warisan budaya, melainkan juga sarana hiburan dan pembelajaran bagi masyarakat zaman sekarang.

Menjelang sore hari, aku mendengarkan kembali kuliah peradaban Islam yang disampaikan oleh Ust. Muhammad Elvandi, Lc. yang sangat mencerahkan. Terima kasih kepada yang telah merekam dan menyimpannya, semoga menjadi amal baik bagimu. Aku juga berencana untuk meringkas kuliahnya dalam bentuk serial blog, semoga bisa terealisasi.

Photo by Thought Catalog on Unsplash

...

Artikel ini adalah edisi ke-delapan dari program 100 hari menulis tanpa henti.

Baca edisi sebelumnya disini:

Refleksi & Kontemplasi: Kontemplasi soal belajar (munawarsatria.blogspot.com)

Refleksi & Kontemplasi: Akal dan Insting (munawarsatria.blogspot.com)

Refleksi & Kontemplasi: Kesulitan (munawarsatria.blogspot.com)

Kontak: linktr.ee/munawarsatria 

...

Komentar