Setelah mengikuti perkuliahan bu Silvi, aku jadi memikirkan kembali: bagaimana ya caranya meningkatkan daya ingat kita terhadap apa yang sudah kita pelajari sebelumnya?
Lebih dari 12 tahun aku sudah menempuh pendidikan, baik itu secara formal maupun informal. Banyak fakta, opini, konsep, teori, keterampilan, dan lain-lainnya telah kita peroleh selama bersekolah. Mulai dari tingkat dasar: membaca, menulis, dan berhitung, hingga tingkat lanjut: merancang formulasi sediaan farmasi. Makin tinggi level pendidikan, kompleksitas makin terasa. Masa-masa SMA mungkin adalah masa tersulit dimana setiap siswa dituntut harus menguasai betul belasan mata pelajaran, yang indikator penguasaan itu direpresentasikan sebagai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Jujur saja, walaupun aku mahasiswa farmasi (ilmu kesehatan, yang merupakan terapan antara ilmu kimia, fisika, biologi, dan kedokteran), aku sangat malas menghafal. Aku selalu mencari cara supaya bisa menguasai suatu teori/bahasan bukan dengan menghafalkannya, tetapi dengan memahami konsepnya. Mungkin banyak diantara pembaca yang juga tidak senang menghafal, dan menyukai bila ada guru atau dosen yang tiba-tiba saja membuat kita jadi berkata "ooooh" bila beliau berhasil memaparkan suatu materi yang sulit dengan cara yang sederhana.
Akan tetapi, jarang ada guru-guru yang mampu membuat siswa-siswi bisa memahami konsep bahasan dengan baik. Rata-rata penyampaian bahasan hanyalah materi, tanpa disertai arahan mengenai cara berfikir yang mampu mengarahkan kita pada pengambilan kesimpulan yang benar. Untuk membuat para murid terbiasa berfikir, case-study mungkin harus diperbanyak daripada hanya sekedar memberikan materi. Dengan demikian, yang diutamakan mestinya bukanlah hafalan fakta dan teori, melainkan pemahaman terhadap konsep dan aplikasinya pada kehidupan nyata.
Kapasitas otak kita memiliki batas tertentu. Tidak semua hal bisa kita ingat terus-menerus. Diperlukan usaha pula untuk mempertahankan ingatan dan membuatnya menjadi long-term. Oleh karena itu penekanan pada konsep dan cara berfikir mestinya lebih diutamakan (dan dibiasakan) dalam proses belajar. Dalam kemampuan mengingat, jelas saja mungkin manusia akan kalah bila dibandingkan kecerdasan buatan satu-dua dekade ke depan. Namun kemampuan berpikir dan menganalisa (secara logis dan humanis) kita mestinya bisa lebih unggul. Aku masukkan kata “humanis” dalam proses berpikir dan menganalisa, sebab robot adalah peralatan non-human yang hanya berdasarkan pada logika saja.
Photo by Eli Francis on Unsplash |
..,
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak bestari.