Langsung ke konten utama

Akal dan Insting

Artikel berikut ini adalah sebuah pendapat terhadap paparan Tan Malaka dalam bukunya yang mahsyur itu: Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika) pada BAB VII Pandangan Madilog Pasal 10 Sejarah yang Hidup. Lebih spesifik pada paragraf yang memaparkan bahwa “akal pada manusia adalah akibat penyesuaian beribu-ribu tahun dari insting pada hewan/pra-manusia”. Aku sebut istilah manusia purba sebagai “pra-manusia” untuk menggeneralisasi definisi dari manusia purba yang harus disertai dengan keterangan waktu. Purba berarti merujuk kepada zaman lampau, yang mana bila tidak diperjelas akan berisiko menimbulkan mispersepsi. Sedangkan pra-manusia merujuk kepada spesies apapun yang diyakini oleh para evolusionis sebagai nenek moyang dari manusia modern, sehingga tak membutuhkan keterangan waktu untuk menyertainya.

Jika akal pada manusia adalah benar-benar merupakan akibat dari penyesuaian beribu-ribu tahun dari insting pada hewan/pra-manusia, maka apakah ada bukti-bukti yang mampu menunjukkan hal tersebut? Sepanjang pengetahuanku, akal telah banyak disepakati oleh banyak ahli lintas bidang, mulai dari biologi, psikologi, maupun teologi sebagai keterampilan yang hanya dimiliki oleh manusia (non-hewan). Apabila perkembangkan dari akal direpresentasikan sebagai massa otak atau brain-to-body mass ratio maka sebenarnya juga tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut secara gamblang. Apakah massa otak berbanding lurus dengan tingkat perubahan dari insting menjadi akal? Jika hanya menggunakan dialektika mungkin bisa saja kita melakukan ekstrapolasi. Namun. pembuktian jelas membutuhkan riset yang disusun berdasarkan metode ilmiah. Berdialektika dan berlogika saja seharusnya tidak cukup untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan secara pasti. Dengan demikian, jawaban yang berdasar pada logika, sesungguhnya hanya sampai pada tahap hipotesis.

Sejalan dengan masih sangat banyak hal yang belum terungkap mengenai cara kerja otak, akal, insting, dan lain-lainnya, maka tentu saja hal ini masih menjadi perdebatan. Jika memang akal hanya dimiliki oleh manusia, mengapa hanya manusia yang memilikinya?

Pun jika ternyata ada hewan lain di luar sana yang memiliki akal, peradaban manusia tak akan bisa mencapai level yang seperti sekarang ini. Eksistensi manusia akan terancam sebagaimana halnya kisah-kisah di anime.

Referensi terkait:

Antara Insting dan Akal | (almuflihun.com)

Reason - Wikipedia

Brain-to-body mass ratio - Wikipedia

Encephalization quotient - Wikipedia

Cosmic Evolution - Epoch 7 - Cultural Evolution (harvard.edu)

What does brain size have to do with intelligence? (popsci.com)

Photo by Daniele Franchi on Unsplash

...

Artikel ini adalah edisi kelima dari program 100 hari menulis tanpa henti.

Baca edisi sebelumnya disini:

Refleksi & Kontemplasi: Personalisasi (munawarsatria.blogspot.com)

Refleksi & Kontemplasi: Alam Semesta Kecil (munawarsatria.blogspot.com)

Refleksi & Kontemplasi: Kontemplasi soal belajar (munawarsatria.blogspot.com)

Kontak: linktr.ee/munawarsatria 

Komentar