Langsung ke konten utama

Media dan Fokus Masyarakat

Baru saja semalam aku menerbitkan tulisan mengenai tren, pagi ini aku telah menemui contoh baru yang sangat jelas mengenai begitu dinamisnya perilaku warganet dalam menciptakan tren itu sendiri. Babi, menurut kanal berita harian 5.45 dari asumsi.co yang melansir laporan Drone Emprit mampu menggeser ketertarikan warganet pada isu-isu yang lebih penting seperti peleburan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan juga polemik tes ASN yang dilakukan kepada para pegawai KPK. Sebagai pengguna media sosial twitter yang telah cukup berpengalaman (asekkk~), jujur saja aku telah sangat terbiasa dengan pemutar-balikan tren di platform ini.

Sewaktu pemilu 2019 lalu, sampai bosan aku melihat kolom trending yang isinya mirip-mirip situasi persaingan Manchester United dan Manchester City di klasemen liga Inggris musim 2011/2012. Kubu oposisi dan petahana waktu itu saling bergantian mengisi kolom trending, sangat seru sampai-sampai aku log out dari twitter selama beberapa minggu.

Namun, yang membuatku tertarik saat ini justru bukan soal dinamisnya pergerakan tren, akan tetapi situasi ini adalah cerminan bagaimana sesungguhnya penilaian dan kepedulian masyarakat umum (atau masyarakat mayoritas) terhadap isu-isu vital seperti riset dan inovasi, serta pemberantasan korupsi.

Fokus Masyarakat

Aku telah sering mendengar berbagai argumentasi dan pendapat (salah satunya dari YouTube pak Gita Wirjawan ini) perihal keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh jika berhasil membumikan sains dan isu-isu penting kebangsaan dalam benak masyarakat umum. Apabila hal ini berhasil dilakukan, maka kemajuan  kolektif di masyarakat Indonesia pun semestinya lebih mudah untuk dicapai. Hoaks pun tidak mempan lagi untuk memutar-balikkan opini, sebab masyarakatnya sendiri sudah cerdas dalam berfikir. Kemajuan bangsa di tahun 2045 pun bukan lagi hal yang mustahil untuk diwujudkan.

Namun angan-angan utopis ini terasa sangat jauh jaraknya bila warganet kita zaman ini lebih mementingkan isu babi dan sisa-sisa konflik politik praktis lima tahunan daripada soal upaya-upaya pemberantasan korupsi yang sedang dibredel. Masyarakat kita tidak fokus lagi.

Penguasaan Media

Nahh, kembali lagi ke pembicaraan awal kita. Tidak salah lagi jika aku katakan bahwa media (media sosial dan media massa) adalah kunci untuk bisa memenangkan fokus masyarakat. Setiap harinya kita tak henti-hentinya lepas dari pemberitaan media, baik itu melalui kanal-kanal media sosial atau pun melalui rekomendasi-rekomendasi iklan yang muncul di browser kita. Bahkan ada pula riset yang membuktikan bahwa generasi milenial dan generasi Z cenderung mengetahui asal mula dari isu bukan dari pemberitaan media massa melainkan dari media sosial, baik itu berupa akun-akun berita di Instagram, fitur Instastory, WhatsApp story, broadcast pesan, dan lain-lain. Perubahan perilaku ini mesti direspon segera oleh para aktivis perubahan bangsa, dengan demikian fokus masyarakat bisa digerakkan untuk hal-hal yang lebih penting bagi kemajuan bangsa.

...

Photo by Paul Skorupskas on Unsplash

...

Artikel ini adalah edisi ke-sepuluh dari program 100 hari menulis tanpa henti.

Baca edisi sebelumnya disini:

Refleksi & Kontemplasi: Kesulitan (munawarsatria.blogspot.com)

Refleksi & Kontemplasi: Ngomongin DeFi, santet, vegetarian, dan wayang (munawarsatria.blogspot.com)

Refleksi & Kontemplasi: Tren (munawarsatria.blogspot.com)

Kontak: linktr.ee/munawarsatria 

...

Komentar