Baru saja selesai nonton videonya bang David Gadgetin, muncul iklan Samsung S24 Ultra yang langsung saya close pada 3 detik pertamanya. Terlihat scene orang-orang yang menonton ballad concert, secara kompak mengangkat handphone, menyalakan kamera, seperti disutradarai oleh seorang mastermind.
Ya tentu ada sutradara, namanya juga iklan :/
Tapi, tentu saja itu bukan hal baru. Seorang mastermind itu tahu budaya dokumentasi sudah mulai ada sejak pertama kali piranti telekomunikasi punya kamera, dipercepat dengan facebook, instastory, dan TikTok. Hemm, oleh karena itu kini Samsung S24 Ultra hadir dengan teknologi terbaru, kamera 1 juta megapixel, sensor ultrainsting +kenbunshoku, dan superanti-goncang. Jiakhh malah iklan.
Tapi, memang kapan sih kita semua punya waktu untuk meninjau ulang? Dokumentasi itu (arsip), di PBF biasanya cuma disimpan tiga tahun. Abis itu dibuang. Ada peraturan retensi arsip yang dibikin oleh ANRI, diklasifikan arsip itu dalam tiga kategori: bernilai administrasi, bernilai hukum dan teknologi, dan bernilai keuangan dan pembukuan. Yang disebut terakhir disimpan paling lama: 10 tahun. Abis itu dibuang. Tapi, ada juga sih yang disimpan selama-lamanya (permanen). Yang tidak akan pernah dibuang.
Jadi, memang sepertinya dokumentasi itu perlu. Tapi, tidak semua dokumentasi layak dipertahankan. Tidak semua dokumentasi akan punya kesempatan untuk ditinjau ulang :(
Ada juga yang memang perlu dibuang, atau dibiarkan saja dalam pikiran sampai lupa sendiri. Tapi, biasanya, walau bagaimana pun, otak adalah alat dokumentasi terbaik, bukan? Katanya otak ini punya semacam "periodic deleting". Detil informasi yang tidak berguna dan tidak pernah diingat kembali biasanya akan dihapus selama-lama-lamanya secara periodik. Maksudnya baik: biar fokus ke hal-hal penting saja.
Photo by Robert Shunev on Unsplash |
Ya bayangkan kita bisa mengingat detail seluruh kejadian dalam hidup? Mungkin kita bisa stres sendiri. Akan ada lebih banyak orang melamun daripada bekerja.
Mungkin, kamera dan memori handphone (dan arsip instagram) seperti perpanjangan periodic-deleting tadi? Hemmm mungkin kita sama sekali tidak ingin melupakan momen penting itu, dan ingin memperpanjang retensinya selama mungkin. Paling tidak selama memorinya gak rusak dan Zuckerberg masih belum menyegel akun Instagram-mu.
Aku pribadi ragu sih apakah Instagram bisa bertahan selama itu :(
Mungkin, daripada sekedar menangkap momennya, kamu perlu juga menyediakan satu waktu untuk meninjau ulang momennya. Review. Kalau memang sesuatu itu bernilai, mungkin kamu harus meninjau ulang sesering mungkin. Itukan tujuan dokumentasi yang sesungguhnya? Bukan untuk menyimpan dan membiarkannya terlupa, tapi untuk meninjau kembali suatu hari nanti.
Hemm, jika x adalah jumlah dokumentasi yang kamu buat, maka y adalah jumlah berapa kali kamu harus meninjau ulang untuk dokumentasi tersebut. Persamaannya adalah sebagai berikut:
y = 10x
Repot juga ya banyak-banyak dokumentasi :(
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak bestari.