Sebenarnya cara evaluasi pembelajaran yang baik itu seperti apa?
Guru Gembul dalam sebuah podcast di Malaka Project bilang bahwa seorang siswa yang bisa potong rambut teman-temannya bisa lulus dalam suatu mata pelajaran.
Wahh kupikir itu bagus, bahwa bentuk evaluasi itu tidak mesti saklek mengikuti standar, tapi beradaptasi mengikuti manusia yang dievaluasi.
Tapi, sepertinya aku tidak setuju jika hal yang demikian dilakukan pada level perguruan tinggi/universitas, bukan karena tidak mau, tapi karena memang tidak cocok.
Kenapa?
Pertama, penilaian di pendidikan tinggi sebenarnya sangat berbeda dengan di pendidikan dasar-menengah.
Murid-murid di pendidikan tinggi, biasanya sudah sadar dengan kehendak sendirinya, bahwa mereka akan menjadi seorang ahli psikologi, seorang ahli ekonomi, atau pun seorang insinyur teknik.
Mereka sadar dengan sendirinya, bahwa mereka datang ke perguruan tinggi itu untuk menjadi seorang profesional di bidangnya.
Nah, disitulah bedanya: profesional.
Mahasiswa di perguruan tinggi diekspektasikan untuk menjadi profesional, bukan lagi lulusan SMA yang harus memilih kembali jalan hidupnya.
Maka, bentuk evaluasi pembelajaran terhadap mahasiswa tentu harus didesain sedemikian rupa agar mengarahkan seseorang jadi profesional yang sebaik-baiknya.
Ada standar profesional yang harus dicapai oleh masing-masing mahasiswa untuk bisa lulus, dan tidak ada cara lain untuk lulus selain harus mengikuti standar profesional tersebut.
Begitu.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak bestari.