Langsung ke konten utama

HIKAJAT TANAH HINDIA (G.J.F. Biegman, 1894)

Menang kabau

Dulu ada seorang Raja kerajaan Hindu di Melayu yang bernama Aditia Warman, berkuasa di daerah Tanah Datar sekarang, beliau tidak tunduk pada kekuasaan Majapahit. Setelah diserang oleh tentara Majapahit, mereka tidak takluk pula. Maka, diadakanlah adu kerbau pada dua kubu yang berseteru itu, yang akhirnya dimenangkan oleh orang Melayu itu, yang kemudian membuat pasukan Majapahit harus angkat kaki dari sana.

Disebutlah nama daerah melayu tadi sebagai Menangkabau, atau Minangkabau.

Maja

Raden Tandoeran, anak raja Padjajaran bertemu seorang pertapa. Mereka ngobrol, si pertapa bilang, jika kamu dalam perjalanan nanti beristirahat dan tidak sengaja memakan buah maja yang rasanya pahit, maka dirikanlah sebuah kota di situ. Kota tersebut niscaya akan mahsyur dan dikenal di seluruh dunia. Akhirnya, jadilah Majapahit. Yang bahkan bukan kota lagi, melainkan kerajaan.

Sejarah berulang, agak mirip. Kalau kamu menemukan sebidang tanah di Borneo, dirikanlah istana baru di situ. Di menara gading yang tak tersentuh. Niscaya kekuasaan akan langgeng hingga turun-temurun.

Bartholomew

Abad ke-15, Bartholomew Diaz berlayar ke selatan, maksudnya menuju ke Hindustan, tapi nyatanya hanya sampai ke selatan Afrika.

Sekembalinya Diaz dari pelayaran, raja Portugis waktu itu menamai sebuah tanjung di selatan Afrika itu dengan Tanjung Harapan, sebab harapan Portugis untuk mencapai bumi rempah dan menemukan alur pelayaran baru sudah semakin dekat.

Daendels

Barangkali yang kita ingat soal Daendels adalah soal jalan Anyer-Pamanukan yang jadi proyek infrastruktur terbesar di masa itu. Tapi, di bawah tangan dinginnya, dia juga menginisiasi banyak hal, mulai dari sistem tanam paksa, aturan kepemilikan tanah, pembentukan keresidenan (pembagian wilayah administratif), pembentukan pengadilan dan kejaksaan, pembangunan pabrik kapal dan senjata, hingga revitalisasi kali Ciliwung pasca letusan gunung Salak.

Aku membaca ini saat sudah tahu bahwa Daendels sebenarnya membayar upah para pekerja yang membangun jalan Anyer-Pamanukan, tapi upah tersebut dikorupsi oleh mandornya. Namun, soal ini tidak ada diceritakan sedikit pun oleh Biegman. Barangkali dia tidak tahu? Atau barangkali dia tahu dan dia sembunyikan?

Raffles

Situasi perang dan politik di Eropa juga mempengaruhi perubahan government di tanah jajahan. Inggris yang berkuasa atas tanah Belanda waktu itu, secara otomatis juga menguasai areal jajahan mereka, dan T.S. Raffles menjadi gubernur jenderal Hindia Timur Inggris.

Raffles memulai kebijakan yang sangat jauh berbeda dengan Daendels, dimana dia tidak lagi mewajibkan penyerahan hasil bumi kepada pemerintah dan menghapus pajaknya juga. Raffles juga memulai penghapusan perbudakan dan sistem kerja paksa, serta penguatan sistem peradilan yang didasarkan pada hukuman, bukannya ras dan kesukuan.

Agama

Kita semua tidak tahu persis situasi saat kaum padri pertama kali bermusyawarah dengan kaum adat soal keinginan mereka untuk menerapkan hukum Islam secara kaffah di bumi "Menang-kabau".

Tapi, kebuntuan musyawarah tersebut, keterburu-buruan kaum padri, dan kaum adat yang malah bersekutu dengan kompeni, menurutku sangat tidak masuk akal. Sebab, kalau saja mereka memakai pendekatan yang lebih tenang, mereka tidak perlu ribut sesamanya dan bisa lebih awal menyadari bahwa yang menghancurkan mereka adalah nafsu mereka sendiri, musuh mereka adalah kompeni Belanda.

Raja

Biegman dalam tulisannya, membandingkan kondisi wong cilik pada saat sebelum dan sesudah  pendudukan Hindia Belanda. Bahwa mereka yang sebelumnya amat khawatir hak-hak hidupnya dirampas kesewenang-wenangan raja dan sultan, kini punya hak dan kewajiban yang setara dan terlindungi.

Kita bisa membayangkan bahwa dulu, zaman feodal, kehendak raja adalah segala-galanya mau itu baik atau pun buruk. Raja bisa koleksi sebanyak apapun budak, selir, tanah, dan sumber daya. Siapa pun yang tidak patuh, akan langsung dieksekusi.

Sistem hukum yang dibawa orang Eropa telah membawa dampak pada otoritarianisme absolut raja-raja lalim. Ratusan tahun kemudian, atas nama hukum juga, hajat hidup orang banyak juga yang dirampas negara-negara.


Penutup

Aku sedang rajin membaca arsip-arsip sejarah masa lalu, yang dikumpulkan dalam sebuah linktree dan Google Drive. Kenapa? Iseng aja sebenarnya 😅, untuk menjauhkan diri dari hiruk pikuk medsos, serta selingan di tengah bacaan jurnal-jurnal pendukung tesis 😭

Seperti layaknya tulisan sejarah lainnya, selalu rentan akan bias. Bahkan buku ini ditulis dan diterbitkan oleh seorang Belanda pada tahun 1894. Maka, wajar banyak pernyataan beliau yang menyudutkan masa feodalisme.

Aku pribadi tidak suka pada feodalisme, kekuasaan yang terpusat absolut itu sangat destruktif bagi sekitarnya dan bagi kekuasaan itu sendiri. Itulah gunanya pembagian kekuasaan, pemerataan kewenangan, sistem desentralisasi, serta pewarisan kekuasaan yang berbasis meritokrasi.

Selanjutnya, aku akan membaca dan mengulas terjemahan dari Kakawin Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapañca tahun 1365.

Buku yang dulu hanya aku ketahui judulnya saja di buku-buku sejarah. Terimakasih kepada orang yang telah mendigitalisasi dan mengarsipkannya.

Komentar