Langsung ke konten utama

Hancur Dulu, Baru Pergi: #SehabisNonton Interstellar (2014)

Aku baru aja menyisihkan waktu untuk nonton Interstellar (2014) dan masih tidak yakin manusia bisa meninggalkan bumi. Jika ada yang bisa meninggalkan bumi dan hidup di luar angkasa, maka bisa dipastikan itu bukan manusia lagi. "Itu" mungkin bisa disebut sebagai neohuman.

Neohuman itu yang bagaimana? Aku juga tidak yakin. Banyak hipotesis yang bisa diberikan untuk menggambarkan neohuman. Mulai dari manusia yang mulai meninggalkan tubuh dan memindahkan kesadarannya ke mesin. Atau manusia yang secara total mampu memiliki kendali penuh atas dirinya.

Neohuman, setidaknya juga harus memenuhi Type II Civilization dalam skala Kardaschev, dimana kependudukan mereka mampu memanfaatkan energi yang tersedia dalam lebih dari satu tata surya/sistem bintang. Sementara itu, manusia di saat ini masih jauh dari progres itu, dengan ketidak-berdayaan mereka untuk bekerja sama secara kolektif memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di planet mereka secara efektif.

Jika semua manusia masih belum bisa bekerja sama dengan baik dalam mencegah kerusakan, bukan tidak mungkin bumi akan hancur duluan, dan saat bumi akan mendekati kehancuran itu, mereka akan melepaskan misi luar angkasa terakhir, seperti yang diceritakan dalam film.

Genre Interstellar itu science-fiction, yang secara bebas dapat diartikan sebagai kisah fiksi yang dibalut tepung sains, yang dalam hal ini adalah ilmu astronomi. Beragam teori dilontarkan sepanjang cerita dan menjadi bahan pembicaraan para astronom, contohnya seperti teori relativitas Einstein, proses terbentuknya wormhole, dan lain-lainnya.

Gagasan yang dibawa film ini menunjukkan bahwa situasu keputus-asaan bisa menggerakkan manusia untuk melampaui batas-batasnya. Manusia yang masih mau hidup akan mengerahkan seluruh sel-sel otaknya untuk mengkalkulasi hipotesa rumit soal kemungkinan adanya planet layak huni di luar sana.

Apa yang membuat Interstellar menjadi tidak realistis adalah: mengapa mereka seniat itu mencari planet baru hingga memasuki lubang cacing dekat cincin Saturnus? Padahal di dekat mereka ada Mars dan Venus (bahkan Bulan) yang kelihatan lebih masuk akal?

Yaa aku berpikir, mungkin saja mereka tidak memiliki kesempatan untuk melakukan terra-forming: yaitu usaha untuk membuat suatu planet menjadi lebih layak huni. Apa mungkin itu karena masalah biaya? Ya bisa jadi. Tapi inget, ini hanyalah kisah fiksi ya.

Jika ditarik ulur hingga ke awal cerita, situasi yang diambil sebagai "pelatuk keputus-asaan" bisa jadi merupakan situasi dimana kita, umat manusia, saat ini tidak berusaha (atau sangat sedikit) dalam mencegah kerusakan iklim. Intinya skenario terburuknya, lah.

Photo by NASA on Unsplash

Tapi yang namanya juga fiksi.

Menurutku, umat manusia tidak akan mengalami situasi semacam itu (setidaknya dalam waktu dekat).

Bintang 3 dari 5.

Komentar