Langsung ke konten utama

Cerita Tentang Input dan Output

Pernah gak kita menyadari bahwa tubuh manusia yang berkembang sejak bayi hingga dewasa adalah contoh terbaik untuk menggambarkan teori produksi.

Bayi mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit, mereka memang butuh makanan, akan tetapi makanan yang terlalu banyak tidaklah cocok dengan skala sistem pencernaan yang mereka punya saat itu. Sedikit makanan yang mereka terima juga haruslah berkualitas tinggi, dan memiliki nutrisi yang cukup agar bisa mengembangkan daging, tulang, dan jaringan ikat-nya.


Bayi, balita, dan anak-anak, adalah fase fast-growing dari perkembangan manusia. Nafsu makan sedang tinggi, keingintahuan apalagi. Akan jadi bencana bagi sistem tubuh mereka, apabila input yang diperoleh malah tidak cukup dan seimbang. Jika demikian, maka output-nya, bisa tidak maksimal.

Menambah input karbohidrat secara berlebihan ke tubuh anak-anak tidak bikin anak-anak jadi makin cepet gede.

Sistem tubuh yang dimiliki anak-anak belum mampu untuk memproses dua bakul nasi. Kalau anak-anak masih tidur 8-9 jam dan minim aktivitas, dua bakul nasi hanya akan menyiksa pankreas. Kaget! Tiba-tiba banyak glukosa datang maka langsung saja mereka konversi overloaded-glucose ini jadi asam lemak dan trigliserida untuk kemudian di simpan di jaringan adiposa dekat perut, leher, lengan, dan paha.

Fenomena itu sebenarnya tidak dapat disangkal lagi, sebab input yang berlebih (apalagi tidak berkualitas) tidak selalu menghasilkan output yang setara. Penambahan input seringkali membuat produktivitas menurun, JIKA tidak disertai dengan upgrade system.

Jika semakin bertambahnya umur anak, maka porsi makannya juga semakin banyak. Maka yang demikian adalah contoh ideal dari penambahan input yang disertai pengembangan sistem produksi (anatomi dan fisiologi tubuh anak). Output dari input ideal tersebut adalah remaja yang memiliki berat badan ideal, tidak overweight apalagi underweight.

Namun demikian, perkembangan tubuh anak juga tidak berlangsung satu malam. Perlu ratusan hingga ribuan malam untuk pengembangan sistem. Robot saja perlu waktu untuk dibongkar pasang untuk di-upgrade jadi lebih besar dan lebih canggih. Apalagi anak manusia.

Oleh karena itu, caregivers harus memperhatikan fase perkembangan anak. Tidak memberinya input yang berlebih, namun berilah input yang berkualitas. Dengan demikian output yang dihasilkan tubuh anak jadi sepadan.

Sebab, returns (pengembalian hasil) yang kita inginkan bukanlah remaja gemuk yang doyan junkfoods dan rebahan, tapi yang produktif dan berprestasi dalam berbagai bidang.

Teori pengembalian hasil yang minimum (diminished marginal returns), yang digagas oleh Anne Robert Jacques Turgot nyatanya amat terkait dengan kinerja anatomi dan fisiologi manusia. Turgot menyatakan bahwa menambah input kepada sistem produksi tidak selalu bisa menghasilkan output yang sebanding, sehingga return-nya pun semakin berkurang.

Aku memikirkan bagaimana jika ternyata teori ini diuji pada sistem produksi non-ekonomi. Ternyata, konsepnya cukup valid dan cocok. Walaupun dengan berbagai modifikasi dan menggunakan konsep lainnya seperti returns to scale.

Sekian.

Pict from Unsplash.

Reach me via Instagram.
Watch my channel at YouTube.

Komentar