Langsung ke konten utama

Cara Burung Beradaptasi terhadap Cuaca Ekstrim

Ada berita, ribuan burung pipit berjatuhan di suatu daerah di pulau Bali, apa penyebabnya? Mari kita ulas.

Pendahuluan

Pipit adalah sekelompok burung pemakan biji-bijian yang tersebar di Eropa, Afrika, Asia, dan Australasia. Kelompok burung ini termasuk ke dalam famili Estrildidae, bangsa  Passeriformes. Disebutkan dalam laman Wikipedia bahwa mayoritas burung pipit tidak tahan dengan iklim dingin dan memerlukan habitat hangat seperti di wilayah tropika. Selengkapnya dapat dibaca di Pipit - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Cara Burung Melawan Cuaca Ekstrim

Sebuah video yang menunjukkan sekawanan burung pipit berjatuhan mendadak viral di media sosial. Kepala Bidang Kesehatan Hewan mengatakan bahwa fenomena ini diakibatkan oleh cuaca ekstrim akibat perubahan cuaca dari musim kemarau menuju musim hujan. Akan tetapi, bagaimana sesungguhnya burung bisa bertahan dari cuaca yang ekstrim?

Faktanya, hipotermia memang dapat mematikan bagi beberapa kelompok burung. Hewan-hewan yang lebih kecil, juga cenderung lebih sulit untuk mempertahankan panas tubuhnya dibandingkan hewan-hewan yang lebih besar. Sehingga hujan lebat selama beberapa hari bisa sangat berbahaya untuk burung yang baru saja menetas atau masih berusia muda sebab mereka belum memiliki cadangan lemak dan bulu yang cukup untuk menjaga suhu tubuh mereka.

Hipotermia itu adalah kondisi ketika suhu tubuh suatu organisme menurun drastis jauh di bawah suhu metabolisme basalnya (Basal Metabolic Temperature, BMT). Burung, rata-rata memiliki BMT sebesar 40 derajat Celcius. Curah hujan yang tinggi di suatu daerah seringkali mencegah burung untuk bisa mencari makan, sehingga beberapa kelompok burung lebih memilih untuk meninggalkan daerah tersebut untuk pergi ke daerah lainnya (bermigrasi)

Untuk meminimalisir panas tubuh yang keluar, kawanan burung juga dapat berkumpul secara berdekatan satu dengan yang lainnya, seperti yang dilakukan oleh burung Pinguin saat mereka sedang dilanda badai angin. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh ialah dengan meningkatkan laju metabolime, baik itu dengan cara menggigil atau pun memanfaatkan cadangan lemak trigliserida yang telah disimpan sebelumnya.

Metode lainnya yang bisa dilakukan adalah dengan memasuki fase torpor. Torpor adalah suatu mekanisme adaptasi tubuh dengan cara menon-aktifkan aktivitas tubuh secara total. Tubuh burung pun akan mengalami letargi, yaitu suatu keadaan fisiologis dimana tubuh menjadi sangat tidak aktif dan tidak responsif.

Kesimpulan

Mungkin saja, sekawanan burung itu tidak sempat untuk mengumpulkan cadangan makanan dengan jumlah yang cukup untuk menghadapi cuaca yang ekstrim, atau lamanya durasi cuaca ekstrim itu tidak dapat diantisipasi oleh kawanan burung tersebut dengan jumlah cadangan makanan yang mereka kumpulkan. Akibatnya, sebagian besar dari mereka tidak selamat dari seleksi alam itu.

Penutup

Pada rilis pers yang lain, para ahli konservasi setempat mengatakan bahwa mereka baru pertama kali mengalami adanya fenomena tersebut. Dan, setelah mereka memeriksa langsung lokasi kejadian, muncul dugaan lain yang menyatakan bahwa burung-burung tersebut keracunan pestisida sintetis yang digunakan oleh masyarakat sekitar. Mssyarakat setempat tentu saja membantah hal tersebut dan memilih hipotesis “burung pipit tidak dapat menghadapi cuaca ekstrim” sebagai penyebabnya

Tidak ada kesimpulan yang bisa diambil sebelum dilakukan riset lebih lanjut, mari kita tunggu perkembangan selanjutnya dari kejadian ini.

Media Lainnya:

Referensi:


Burung Pipit (sumber gambar: Intisari (grid.id) )


Komentar