Langsung ke konten utama

Masa Lampau

Semua peristiwa semestinya hanya memiliki satu alur kejadian yang bersifat kontinu, saling-menyambung dan terkait dengan kejadian-kejadian berikutnya. Umat manusia telah banyak belajar untuk mendokumentasikan berbagai alur-alur kejadian sehingga itu dapat dipelajari kembali di masa yang akan datang. Dokumentasi itu dapat berupa tulisan, bangunan/benda, cerita, hingga yang terkini berupa gambar-gambar digital. Manusia mempelajari dokumentasi-dokumentasi tersebut dan menyebut itu sebagai sejarah: yaitu suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Photo by Andrew Neel on Unsplash

Walaupun setiap kejadian layaknya hanya memiliki satu alur kejadian, orang-orang yang menginterpretasikan dokumentasi masa lampau seringkali memiliki persepsi yang berbeda-beda. Itulah keunikan sejarah. Manusia lampau sebagai pelaku dalam sebuah kejadian lampau, adalah bukti yang paling valid untuk menjelaskan kejadian tersebut. Andaikan ada mesin waktu, tentu saja tidak akan terjadi perbedaan persepsi dalam penafsiran dokumentasi sejarah karena itu bisa divalidasi dengan mengamati peristiwa sejarah secara langsung. Saat ini, para sejarawan (pemerhati sejarah) memegang peran penting dalam menafsirkan bukti-bukti kejadian di masa lampau menjadi suatu fakta yang dapat dimanfaatkan masyarakat kini. Namun tentu saja, ada beberapa pihak yang ternyata menyelipkan berbagai dokumentasi palsu, yang begitu meyakinkan sampai-sampai bisa memutar-balikkan fakta-fakta sejarah yang telah ada. Dengan demikian, masyarakat awam tidak hanya dirintangi oleh perbedaan persepsi dalam penafsiran bukti sejarah, melainkan juga arus informasi palsu soal sejarah itu sendiri.

Oleh karena itu, mempelajari sejarah di masa kini menurutku tidak cukup dengan hanya membaca satu buku atau satu artikel. Di era keterbukaan informasi, semua dapat dengan mudah memproduksi berbagai bukti-bukti sejarah palsu, yang tidak bisa dipercaya. Maka, kekayaan perspektif menjadi penting dalam mempelajari berbagai dokumentasi masa lampau.

Komentar