Langsung ke konten utama

Demonstrasi tidak harus pakai jas almamater

Suara mahasiswa adalah suara rakyat. Begitu kata orang-orang. Istilah mahasiswa sendiri sudah begitu tinggi dengan adanya maha di dalamnya. Mereka dianggap sebagai orang-orang terpelajar, menguasai berbagai bidang ilmu yang spesifik, dan memiliki berbagai pemikiran dan inovasi, sehingga dipercaya mengemban tanggung jawab dalam mengawal penyelesaian berbagai permasalahan di suatu negara.

Sumber: news.detik.com

Aku belum pernah mendengar soal demonstrasi mahasiswa di luar negeri, sehingga merasa bahwa mahasiswa Indonesia benar-benar sangat rajin sehingga rela berdiskusi hingga tengah malam hanya untuk mengkaji kurang lebih 1000 halaman rancangan undang-undang. Sedangkan tugas perkuliahan mereka sendiri hanya selesai setengah.

Bukan hanya itu, rezim saat ini yang disebut-sebut sebagai rezim orde baru jilid 2 juga seringkali menekan pergerakan mahasiswa baik itu dalam aksi demonstrasi, maupun secara akademik-administrasi. Aku menyarankan kepada para mahasiswa yang diancam atau direpresi oleh kampusnya, untuk berdemo tidak atas nama kampus tersebut.

Untuk apa lagi kalian mengenakkan seragam almamater kalian itu, bila almamater kalian sendiri merepresi kebebasan kaliana dalam menyuarakan kebenaran? Lepaskan itu! Bersuaralah dengan bebas layaknya orang yang berpendidikan.

Jas almamater hanyalah tanda bahwa kita adalah mahasiswa, bukan tanda bahwa kita kaum terpelajar. Terinspirasi dari quotes milik Rocky Gerung: ijazah hanyalah tanda bahwa kita telah mengenyam pendidikan, bukan merupakan tanda bahwa kita pernah berfikir.

Melepaskan jas almamater juga berarti kalian telah menyingkirkan jurang visual yang memisahkan kalian dari kebanyakan orang.

Komentar