Satu hal yang unik yang aku temukan di Aceh adalah bahwa stigma atas suatu suku tertentu yang masih menempel erat pada perilaku masyarakatnya. Contohnya adalah pagi ini, ketika sedang ingin melemparkan kantong sampah ke bak sampah di pinggir jalan, aku melihat sebuah tulisan “Hanya Yahudi dan Nasrani yang buang sampah di area ini” yang membuatku bergumam dalam hati: "Siapa yang bikin sih plang ini?"
Aku langsung membayangkan jika temanku yang tinggal di Peunayong itu melewati jalan ini dan tidak sengaja melihat plang tersebut. Kira-kira perasaan apa yang akan muncul di benaknya? Hemm.
Setiap pagi, puluhan sepeda motor dan belasan mobil berebut memacu kecepatan di atas jembatan Lamnyong yang menghubungkan Kopelma Darussalam dengan kawasan Lamnyong. Kalau diperhatikan, situasi ini mirip dengan situasi di jembatan penyeberangan yang sering aku lewati ketika berangkat ke SMA pagi-pagi.
Jembatan KW-VI |
Jalan itu, sungguh kecil dan hanya muat satu mobil. Waktu pagi, bisa dibayangkan betapa sulitnya melewati jalur tersebut karena hanya jalur itu satu-satunya akses terdekat menuju kawasan pendidikan di daerah Karang Pawitan yang menghubungkannya dengan Kawasan Kepuh. Jalur lainnya, memiliki akses yang lumayan jauh dan memutar sehingga yaa, tidak efektif secara waktu dan ekonomi.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak bestari.