Langsung ke konten utama

Kebebasan (Episode 2)

Kebebasan dari berkeinginan (freedom from desires) disebut-sebut sebagai puncak tertinggi dari kebebasan yang ada di dunia. Konsep ini aku ketahui setelah membaca bukunya Ajahn Brahm, seorang biksu yang tinggal di sebuah wihara di kota Perth, Australia Barat. Beliau bercerita bahwa kehidupan para biksu, memang diharuskan untuk bebas dari hasrat apapun. Sampai-sampai mereka pun memiliki uang sepeser pun.

Sementara itu dalam agama Islam, dikenal konsep Zuhud yang menekankan pada upaya-upaya untuk membatasi keinginan yang berlebihan terhadap nafsu-nafsu duniawi yang tidak memberi manfaat terhadap kehidupan akhirat. Keduanya mirip karena sama-sama menekankan pada "penerimaan". Yaitu menerima dan mensyukuri apapun yang sedang atau akan ia lakukan. Tidak berlebih-lebihan dalam mengejar duniawi sebab kekhawatiran akan tanggung jawab dari setiap harta yang di peroleh di akhirat nanti, juga salah satu contoh sikap zuhud.

Zuhud merupakan contoh dari "kebebasan dari berkeinginan" dalam tingkatan yang lebih ringan. Sebab dalam agama Islam seorang hamba semestinya tidak serta-merta harus meninggalkan kehidupan duniawinya dan berfokus pada akhirat saja, melainkan juga harus berusaha, berperan dalam kehidupan sosial-masyarakat, dan beraktivitas sebagaimana mestinya dalam batas-batas syariat yang telah ditetapkan. Islam bukan menempatkan dunia sebagai hal yang harus dijauhi dan ditinggalkan, melainkan sebagai tempat mengumpulkan "bekal" sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di akhirat.

Oleh karena itu, satu-satunya desires dari seorang muslim paling tidak ialah memiliki "bekal" yang banyak untuk kehidupan akhiratnya. Maka salah satu caranya ialah membebaskan diri dari keinginan yang berlebihan akan nafsu duniawi.

Terbukti kembali bahwa kebebasan di dunia memang selalu semu.

Masjid Raya Baiturrahman di pagi hari, 14 Desember 2019


Komentar